BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan unsur yang sangat dibutuhkan oleh manusia dimanapun mereka
berada,karena pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat
menghantarkan kita kepada kemajuan dan kecerahan masa depan seperti apa yang
pernah disabdakan oleh Rasulullah SAW bahwasanya dia adalah pembawa dari zaman
jahiliyah menuju zaman terang benderang,begitu pula ilmu jika kita
memanfaatkannya dengan baik maka ilmu itu akan membawa kita kepada kesuksesan.
Begitu pula dalam makalah ini akan
dijelaskan metode atau cara pendidikan oleh Maria Mentossori dimana beliau percaya
bahwa setiap manusia melalui serangkaian lompatan kuantum pembelajaran (quantum
leaps of learning) selama usia-usia pra sekolah. Usia pra-sekolah menjadi salah
satu perhatian penting dalam metode Montessori karena pada masa itu anak
mengalami perkembangan pesat. Masa penting pra-sekolah itu disebutnya dengan
istilah "sensitive periods."
Metode Montessori tidak menyukai
pengukuran prestasi secara tradisional (jenjang, ujian) dan menyebutkannya sebagai
sebuah hal yang merusak pertumbuhan internal (inner growth) pada anak-anak dan
orang orang dewasa. Analisis prestasi anak tidak diberikan. Sebagai gantinya,
diberikan daftar ketrampilan, aktivitas dan titik-titik kritis, dan
kadang-kadang pencapaian anak-anak secara naratif (kekuatan dan kelemahannya)
dengan penekanan pada perbaikan kekurangannya.
Kelas montessori secara umum
dibagi dalam 2 kelompok besar: lahir-6 dan 6-12. Kelompok pada tingkat pertama
biasa disebut dengan istilah "casa dei bambini" (rumah anak-anak) dan
berfokus pada pembelajaan dan pengembangan diri dengan kecepatan individual.
Pada tingkat kedua, kerjasama dengan orang lain dan pendidikan semesta
"cosmic education" mulai diperkenalkan.
Pengelompokan umur yang
variatif dipercaya menghasilkan sikap mental yang kooperatif di mana anak yang
lebih tua secara otomatis berbagi pengetahuan dengan anak yang lebih mudah.
Bagi siswa Montessori, belajar adalah perjalanan menemukan sendiri (journey of
self-discovery) yang pada akhirnya mengarah pada tingkat konsentrasi yang
tinggi, kepercayaan diri, motivasi-pribadi, disiplin-pribadi, dan kecintaan
pada belajar.
Metode Montessori mendukung individualitas dalam seting komunal di mana setiap anak bertanggung jawab untuk diri mereka dan masyarakat luas. Konsep ini diperbandingkan dengan konsep umum yang meletakkan kelas sebagai ukuran umum pendidikan dan anak hanya bagian dari daripadanya
Metode Montessori mendukung individualitas dalam seting komunal di mana setiap anak bertanggung jawab untuk diri mereka dan masyarakat luas. Konsep ini diperbandingkan dengan konsep umum yang meletakkan kelas sebagai ukuran umum pendidikan dan anak hanya bagian dari daripadanya
BAB II
ISI
1.
Riwayat
Hidup Maria Montessori
Tanda
terbesar kesuksesan seorang guru adalah ketika dapat berkata, “Anak-anak
sekarang bisa belajar (mandiri) seolah-olah saya tidak ada.”[1]
Kalimat
diatas adalah ucapan yg pernah dilontarkan oleh Maria Montessori, Maria
Montessori (Chiaravalle, Ancona, Italia,
31
Agustus 1870–Noordwijk,
6
Mei 1952) adalah seorang pendidik, ilmuwan,
dokter Italia.
Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak dengan memberi
kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur acara harian.
Metode ini kelak dikenal dengan Metode
Montessori.[2]
Montessori adalah wanita pertama yang mendirikan sekolah medis di Italia dan
membangun psikologi yang berbasis sistem pendidikan dan disebarkan ke dunia
internasional. Setelah itu ia
mendirikan universitas di Roma dimana ia mempelajari ilmu dokter anak dan
psikiatris. Montessori menjadi tertarik pada pembelajaran dan pengembangan anak-
anak. Ia membiayai anak jalanan dan mengobservasi mereka dengan uangnya sendiri.
mendirikan universitas di Roma dimana ia mempelajari ilmu dokter anak dan
psikiatris. Montessori menjadi tertarik pada pembelajaran dan pengembangan anak-
anak. Ia membiayai anak jalanan dan mengobservasi mereka dengan uangnya sendiri.
Tahun 1899
Montessori menjadi direktur sekolah Orthophrenic, institute medical
psikologi. Tahun 1906, Montessori menemukan The Casa dei Bambini, atau rumah
untuk anak-anak, dimana ia mengembangkan metode pedagogik yang kemudian
dikenal sebagai Sistem Montessori. Sekolah ini dibuka pada Januari 1907,
dikemudian hari metode Montessori menjadi terkenal dan berkembang ke dunia
internasional. Adapun jasa –jasa montessori antara lain :
psikologi. Tahun 1906, Montessori menemukan The Casa dei Bambini, atau rumah
untuk anak-anak, dimana ia mengembangkan metode pedagogik yang kemudian
dikenal sebagai Sistem Montessori. Sekolah ini dibuka pada Januari 1907,
dikemudian hari metode Montessori menjadi terkenal dan berkembang ke dunia
internasional. Adapun jasa –jasa montessori antara lain :
v Di bidang
psikologi anak : montessori mengungkapkan pentingnya pengajaran disesuaikan
dengan perkembangan anak. Ada masa peka perkembangan anak.
v Di bidang
pendidikan : montesorri mengungkap,bahwa tiap tiap pendidikan adalah pendidikan
diri. Pendidikan adalah pedosentris. Segala usaha pendidikan harus “Al – les
vom Kinde aus” ( keluar dari pribadi anak )
v Di bidang
pengajaran :
a.
Montessori adalah tokoh pendidikan
kanak – kanak disamping Frobel
b.
Montessori adalah pelopor sekolah
aliran baru. Pendidikan dialihkan dari materiosentris ke pedosentris, dari guru
sentris ke anak sentris.
c.
Montessori mementingkan “spontan oto
– aktivitas” dan keaktifan.
d.
Montessori mengubah pengajaran
material menjadi pengajaran formal dengan penciptaan alat pengajaran pelatih
indera,jasmani dan kecerdasan.[3]
Elizabeth G.
Hainstock dalam bukunya “Metode pengajaran Montessori untuk anak
sekolah dasar”, menjelaskan bahwa metode Montessori bertujuan sebagai pengantar
prinsip, agar anak-anak mereka dapat memasuki kesenjangan pendidikan yang lebih
tinggi dengan persiapan yang matang. Pendidikan ini dimulai dari masa prasekolah,
yaitu dengan cara pendidikan Bahasa dan Matematika. Bahasa dan Matematika
merupakan dua hal yang sangat penting dan menjadi dasar untuk pendidikan
selanjutnya. Pendidikan anak dalam dua bidang ini agar mendapatkan hasil yang
optimal, maka menurut Montessori, anak harus belajar atas kemauannya sendiri, tidak
dengan dipaksa. Salah satu cara yang mudah untuk membuat anak menyukai belajar
adalah dengan cara membuat anak belajar sambil bermain karena anak-anak sangat
menyukai permainan. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan pendidik harus kreatif
dalam memasukkan pelajaran dalam permainan anak-anak.[4]
sekolah dasar”, menjelaskan bahwa metode Montessori bertujuan sebagai pengantar
prinsip, agar anak-anak mereka dapat memasuki kesenjangan pendidikan yang lebih
tinggi dengan persiapan yang matang. Pendidikan ini dimulai dari masa prasekolah,
yaitu dengan cara pendidikan Bahasa dan Matematika. Bahasa dan Matematika
merupakan dua hal yang sangat penting dan menjadi dasar untuk pendidikan
selanjutnya. Pendidikan anak dalam dua bidang ini agar mendapatkan hasil yang
optimal, maka menurut Montessori, anak harus belajar atas kemauannya sendiri, tidak
dengan dipaksa. Salah satu cara yang mudah untuk membuat anak menyukai belajar
adalah dengan cara membuat anak belajar sambil bermain karena anak-anak sangat
menyukai permainan. Oleh karena itu, sebagai orang tua dan pendidik harus kreatif
dalam memasukkan pelajaran dalam permainan anak-anak.[4]
Banyak permainan anak-anak yang
dapat diterapkan oleh orang tua sebagai orang
terdekat mereka, untuk mengembangkan kemampuan intelektual, psikomotorik,
emosional, dan kognitif. Permainan-permainan itu harus diseleksi oleh orang tua dan
harus dijelaskan arti dari permainan itu. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian
dari orang tuanya terutama anak-anak yang menerima pola asuh permissive, mereka
akan cenderung mempunyai pola kebiasaan yang menyendiri dan kognisi mereka
cenderung terhambat. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa mengembangkan kreativitas yang ada pada diri mereka. hal ini terjadi pada anak balita, maka penyebab
terdekat mereka, untuk mengembangkan kemampuan intelektual, psikomotorik,
emosional, dan kognitif. Permainan-permainan itu harus diseleksi oleh orang tua dan
harus dijelaskan arti dari permainan itu. Anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian
dari orang tuanya terutama anak-anak yang menerima pola asuh permissive, mereka
akan cenderung mempunyai pola kebiasaan yang menyendiri dan kognisi mereka
cenderung terhambat. Hal ini dikarenakan mereka tidak bisa mengembangkan kreativitas yang ada pada diri mereka. hal ini terjadi pada anak balita, maka penyebab
utamanya adalah kesalahan orang tua dalam menerapkan
pendidikan pada anaknya.
2.
Prinsip
Metode Maria Montessori
Prinsip-prinsip
yang digunakan dalam metode Maria Montessori adalah metode
Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif
berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar
anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori
juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi
anaknya.
Student Centered Learning. Maria Montessori mengajarkan anak untuk lebih aktif
berperan serta dalam pembelajaran. Dia menerapkan belajar sambil bermain agar
anak-anak lebih dapat mengerti bahan yang dibahas. Secara garis besar Montessori
juga membantu para orang tua dalam menerapkan pola pengajaran yang sesuai bagi
anaknya.
3.
Pengaruh
Metode Maria Montessori Terhadap Perkembangan Kognitif,
Afektif, dan
Psikomotorik
Setiap
manusia terdiri atas 3 kemampuan, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, oleh
karena itu penulis akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria
Montessori dari 3 segi.
karena itu penulis akan membahas mengenai kelebihan dengan metode Maria
Montessori dari 3 segi.
A. Kognitif
B. Afektif (emosi)
-Tidak boleh dipaksa
- Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri
- Anak harus merasa senang dalam belajar
- Proses pendidikan harus dengan kemauan anak sendiri
- Anak harus merasa senang dalam belajar
SKEMA dan CERITA
Melalui alat yang digunakan
tanpa dipaksa
Membuat anak melakukan sesuatu
Anak menjadi senang
cerita :
Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak
diberi pengertian bahwa apa yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka
pada ibu, sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa.
Pada hari Ibu, anak-anak diminta menggambar atau membuat sesuatu untuk ibu. Anak
diberi pengertian bahwa apa yang akan mereka buat adalah tanda rasa sayang mereka
pada ibu, sehingga anak akan membuat sesuatu untuk ibunya tanpa dipaksa.
C. Psikomotor
CERITA:
Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat kelompok kecil bersama teman-
temannya. Kemudian disediakan alat-alat seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan,
gerobak kecil. Tiap kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari
permaina tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk membangun bangunan
sederhana tersebut.
Saat bermain, anak-anak diminta untuk membuat kelompok kecil bersama teman-
temannya. Kemudian disediakan alat-alat seperti sekop kecil, pasir, batu-batuan,
gerobak kecil. Tiap kelompok diminta untuk membuat suatu bangunan sederhana, dari
permaina tersebut anak-anak dapat belajar bekerja sama untuk membangun bangunan
sederhana tersebut.
4.
Tujuan
Metode Maria Montessori
Tujuan
penggunaan metode Maria Montessori adalah membantu para orang tua dalam
menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka. Penerapan metode
belajar yang baik sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan
intelektual, kepribadian, dan dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini
dikarenakan umur lima tahun merupakan umur emas. Dikatakan umur emas karena
pada saat ini kemampuan intelektual anak sedang meningkat sampai taraf optimal.
Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang baik kepada anak mereka.
menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi anak mereka. Penerapan metode
belajar yang baik sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan
intelektual, kepribadian, dan dalam hubungan sosial dan emosional. Hal ini
dikarenakan umur lima tahun merupakan umur emas. Dikatakan umur emas karena
pada saat ini kemampuan intelektual anak sedang meningkat sampai taraf optimal.
Jadi orang tua harus menerapkan metode pengajaran yang baik kepada anak mereka.
Sebelum
membina perlu menentukan seperangkat nilai yang mau ditanamkan. Watak
kepribadian macam apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan? Sikap sosial
macam apa yang hendak kita bangun? Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak
kita berikan untuk membangun etika dan moral yang baik sesuai dengan usia? Namun
yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari sikap dan perilaku orang tuanya
sendiri. Nilai apa yang hendak kita transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari
"potret" orang tua yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa
yang hendak kita gunakan secara positif. Adapun tujuannya antara lain :
kepribadian macam apa yang ingin dilatihkan dan dikembangkan? Sikap sosial
macam apa yang hendak kita bangun? Kegiatan atau pengalaman apa yang hendak
kita berikan untuk membangun etika dan moral yang baik sesuai dengan usia? Namun
yang paling penting adalah nilai, etika dan moral dari sikap dan perilaku orang tuanya
sendiri. Nilai apa yang hendak kita transferkan kepada anak-anak? Kita dapat mencari
"potret" orang tua yang positif dalam menanamkan nilai-nilai. Pendekatan macam apa
yang hendak kita gunakan secara positif. Adapun tujuannya antara lain :
1.
Membantu para orang tua dalam
menerapkan pola pengajaran yang efektif bagi
anak mereka.
anak mereka.
2.
Membantu anak-anak didik dalam mengembangkan
tingkat intelektual, psikomotor,
dan afektif yang ada pada diri mereka.
dan afektif yang ada pada diri mereka.
3.
Membuat anak dituntut untuk dapat
berkembang sesuai dengan periode
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-tugasnya.
4.
Mengajarkan pada anak cara belajar yang
efektif dan optimal melalui permainan.
5.
Mengembangkan keterampilan yang
menekankan pada pentingnya anak bekerja
bebas dan dalam pengawasan terbatas.
bebas dan dalam pengawasan terbatas.
6.
Anak diajarkan untuk dapat berkonsenterasi
dan berkreasi.
7.
Guru hanya sebagai pengamat dan
pembimbing, karena anak dibiasakan untuk
memilih sesuai dengan keinginan sendiri.
memilih sesuai dengan keinginan sendiri.
5 . Alat
Permainan Edukatif ciptaan Montessori
Montessori menciptakan alat
permainan yang memudahkan anak untuk mengingat
dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu dibimbing. Alat dirancang dengan
sedemikian rupa agar anak dapat bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan
tersebut antara lain:
dan mengenal konsep-konsep tanpa perlu dibimbing. Alat dirancang dengan
sedemikian rupa agar anak dapat bekerja secara mandiri. Beberapa alat permainan
tersebut antara lain:
- Alat timbangan
- Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran
- Tongkat-tongkat desimeter, meter
- Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik halus
- Bentuk-bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecah
- Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola
- Bujur telur, limas, dan sebagainya
- Silinder dengan ukuran serial sepuluh ukuran
- Tongkat-tongkat desimeter, meter
- Gambar-gambar untuk dicontoh, bahan untuk mengembangkan motorik halus
- Bentuk-bentuk segitiga, segi empat, segi enam yang dipecah-pecah
- Bentuk-bentuk tiga dimensi, kerucut, kubus, prisma, bola
- Bujur telur, limas, dan sebagainya
6 . Landasan
Teori
Maria
Montessori merupakan seorang pendidik yang menggunakan metode
pendidikan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam
pengawasan terbatas. Metode Maria Montessori merupakan metode belajar pada
zaman dahulu. Sekarang, Maria Montessori lebih di kenal dengan nama Problem
Based Learning (PBL). PBL ini mempunyai nama lain yaitu Project Based Learning
(pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based Education (belajar berdasarkan
pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran otentik), dan Anchored Instruction
(berakar pada kehidupan nyata).
pendidikan yang menekankan pada pentingnya anak bekerja bebas dan dalam
pengawasan terbatas. Metode Maria Montessori merupakan metode belajar pada
zaman dahulu. Sekarang, Maria Montessori lebih di kenal dengan nama Problem
Based Learning (PBL). PBL ini mempunyai nama lain yaitu Project Based Learning
(pembelajaran berdasarkan proyek), Experience Based Education (belajar berdasarkan
pengalaman), Authentic Learning (pembelajaran otentik), dan Anchored Instruction
(berakar pada kehidupan nyata).
Maria
Montessori ini merupakan gabungan dari berbagai macam pembelajaran yang
disebut dengan kolaboratif learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R,
SQ3R. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang
sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-
tugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut
dengan Student Centered Learning.
disebut dengan kolaboratif learning. Kolaboratif learning terdiri dari PBL, PQ4R,
SQ3R. Metode Maria Montessori membuat anak dituntut untuk dapat berkembang
sesuai dengan periode perkembangannya saat mereka mulai peka terhadap tugas-
tugasnya. Maria Montessori berpusat pada peserta didik. Oleh sebab itu, disebut
dengan Student Centered Learning.
Pada metode
ini guru hanya bersifat sebagai fasilitator dan mediator saja selebihnya
menjadi tanggung jawab peserta didik. Student Centered Learning ini lebih
menekankan pada pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi
kelompok-kelompok, lalu peserta didik belajar cara untuk mengkaji masalah,
menganalisa dan mencari solusi masalah yang dikaji. Setelah itu, peserta didik
mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu terintegrasi dengan disiplin ilmu lain.
Setelah itu, penyelidikan otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk
atau karya yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya
manusia yang potensial.
menjadi tanggung jawab peserta didik. Student Centered Learning ini lebih
menekankan pada pembelajaran-pembelajaran kasus. Peserta didik di bagi menjadi
kelompok-kelompok, lalu peserta didik belajar cara untuk mengkaji masalah,
menganalisa dan mencari solusi masalah yang dikaji. Setelah itu, peserta didik
mengajukan pertanyaan atau masalah, lalu terintegrasi dengan disiplin ilmu lain.
Setelah itu, penyelidikan otentik pun dapat dilakukan dan akan menghasilkan produk
atau karya yang menggangumkan. Cara inilah yang akan menghasilkan sumber daya
manusia yang potensial.
Belajar
dengan kasus-kasus dapat mempengaruhi kognitif dan metakognitif peserta
didik itu sendiri. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai adalah dengan cara
mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya. Selain itu,
Faktor sosial dan faktor individu itu sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode
ini mengajarkan agar peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
didik itu sendiri. Peserta didik dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan
metakognitif pada saat mereka belajar. Tujuan yang ingin dicapai adalah dengan cara
mengkonstruksikan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya. Selain itu,
Faktor sosial dan faktor individu itu sendiri berpengaruh dalam metode ini. Metode
ini mengajarkan agar peserta didik aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan.
Cara
pembelajaran lainnya adalah Teori Scaffolding, dimana guru memberikan
materi, lalu peserta didik menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta
didik sudah mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada saat
ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat menangkap apa yang telah
diberikan oleh guru. Kita seharusnya membantu anak untuk menjadikan fantasi
sebagai suatu hal yang nyata. Setiap orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui
cara mengembangkan imajinasi tersebut.
materi, lalu peserta didik menangkapnya dan berjalan terus hingga akhirnya peserta
didik sudah mendapat banyak materi dan guru sedikit memberikan materi. Pada saat
ini peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi agar dapat menangkap apa yang telah
diberikan oleh guru. Kita seharusnya membantu anak untuk menjadikan fantasi
sebagai suatu hal yang nyata. Setiap orang berimijanasi, namun kita harus mengetahui
cara mengembangkan imajinasi tersebut.
7 . Tahapan
Teori Penggunaan Metode Maria Montessori Dalam Membentuk Perkembangan
kepribadian
Maria
Montessori mengidentifikasikan beberapa tahap perkembangan yang berbeda
dan dia percaya setiap orang secara adekuat sebagai orang dewasa mempunyai
kepuasaan dalam setiap tahap. Berikut ini adalah beberapa tahap yang dikemukakan
oleh Maria Montessori:
dan dia percaya setiap orang secara adekuat sebagai orang dewasa mempunyai
kepuasaan dalam setiap tahap. Berikut ini adalah beberapa tahap yang dikemukakan
oleh Maria Montessori:
1. Selama tahap
pertama (masa bayi), anak-anak membutuhkan perasaan nyaman dan
hubungan kepuasaan dengan Anda, Ibunya atau ibu pengganti
hubungan kepuasaan dengan Anda, Ibunya atau ibu pengganti
2. Di tahap
selanjutnya, dia mulai berkembang secara individual. Dia tetap
membutuhkan ibunya terutama ketika ia mencoba melakukan sesuatu, sebab dia
sering melakukan kesalahan, yang dapat menyebabkan dia kehilangan kepercayaan
diri dan mulai ragu akan kemampuan dirinya.
membutuhkan ibunya terutama ketika ia mencoba melakukan sesuatu, sebab dia
sering melakukan kesalahan, yang dapat menyebabkan dia kehilangan kepercayaan
diri dan mulai ragu akan kemampuan dirinya.
3. Di tahap
paling akhir yaitu tahap 3 - 6 tahun, koresponden menerapkan pikiran
yang membuat kepribadian anak-anak menjadi normal.
yang membuat kepribadian anak-anak menjadi normal.
8 . Tabel
Kondisi yang Mempengaruhi Kepribadian Anak
9 . Pengaturan
dalam perkembangan menentukan kapasitas intelektual anak
Montessori
mengemukakan beberapa point penting yang membantu anak-anak secara
potensial dalam perkembangan intelektual mereka. Berikut ini adalah beberapa cara
yang dikemukakan oleh Montessori:
potensial dalam perkembangan intelektual mereka. Berikut ini adalah beberapa cara
yang dikemukakan oleh Montessori:
1.
Mengizinkan anak anda untuk aktif,
membiarkan mereka untuk belajar
mengeksplorasi sensori yang ada di sekitar mereka.
mengeksplorasi sensori yang ada di sekitar mereka.
2.
Mengakui periode sensitive mereka dan
mengizinkan mereka untuk mengulangi
aktivitas mereka ketika mereka dalam keadaan terbaik.
aktivitas mereka ketika mereka dalam keadaan terbaik.
3.
Memperkenalkan motivasi yang penting
dan bagaimana pengaruhnya dalam
pembelajaran.
pembelajaran.
10 . PENERAPAN
METODE MARIA MONTESSORI
Secara
normal setiap anak memiliki karakteristik untuk suka mencari tahu, suka
bekerja, konsentrasi spontan, mulai memahami realita, suka ketenangan dan bekerja
sendiri, memiliki rasa posesif, ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, mandiri dan
memiliki inisiatif, disiplin diri, spontan, dan ceria. Kesemua sifat ini dimiliki anak
secara normal dan metode pengajaran yang diterapkan tidak melawan kenormalan ini.
Orang tua harus menggunakan karakteristik itu untuk memasukkan berbagai
pemahaman dan nilai.
bekerja, konsentrasi spontan, mulai memahami realita, suka ketenangan dan bekerja
sendiri, memiliki rasa posesif, ingin melakukan semuanya sendiri, patuh, mandiri dan
memiliki inisiatif, disiplin diri, spontan, dan ceria. Kesemua sifat ini dimiliki anak
secara normal dan metode pengajaran yang diterapkan tidak melawan kenormalan ini.
Orang tua harus menggunakan karakteristik itu untuk memasukkan berbagai
pemahaman dan nilai.
Metode
pembelajaran yang sesuai dengan tahun-tahun kelahiran sampai enam tahun
biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu saja juga dipengaruhi
seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak sejak
usia dini. Perkembangan mental usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang
tidak boleh disepelekan. Anak-anak memiliki periode-periode sensitif atau kepekaan
untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak berkembang pada masa
yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran
mereka.
biasanya menentukan kepribadian anak setelah dewasa. Tentu saja juga dipengaruhi
seberapa baik dan sehat orang tua berperilaku dan bersikap terhadap anak-anak sejak
usia dini. Perkembangan mental usia awal berlangsung cepat, inilah periode yang
tidak boleh disepelekan. Anak-anak memiliki periode-periode sensitif atau kepekaan
untuk mempelajari atau berlatih sesuatu. Sebagian besar anak berkembang pada masa
yang berbeda dan membutuhkan lingkungan yang dapat membuka jalan pikiran
mereka.
Tahap perkembangan anak:
a) Lahir – 3 tahun : memiliki kepekaan sensoris dan pikiran, sudah dapat menyerap
pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
b) 1 ½ tahun – 3 tahun : kepekaan bahasa dan sangat tepat mengembangkan
bahasanya (berbicara, bercakap-cakap, menirukan)
c) 2 – 4 tahun : koordinasi gerakan otot (latihan berjalan), berminat pada benda-benda kecil, sadar adanya urutan waktu (pagi, siang, malam).
d) 3 – 6 tahun : kepekaan peneguhan sensoris, kepekaan inderawi. Usia 3 – 4 tahun
anak memiliki kepekaan untuk menulis. Usia 4 – 6 tahun anak memiliki kepekaan
yang bagus untuk membaca.
a) Lahir – 3 tahun : memiliki kepekaan sensoris dan pikiran, sudah dapat menyerap
pengalaman-pengalaman melalui sensorinya.
b) 1 ½ tahun – 3 tahun : kepekaan bahasa dan sangat tepat mengembangkan
bahasanya (berbicara, bercakap-cakap, menirukan)
c) 2 – 4 tahun : koordinasi gerakan otot (latihan berjalan), berminat pada benda-benda kecil, sadar adanya urutan waktu (pagi, siang, malam).
d) 3 – 6 tahun : kepekaan peneguhan sensoris, kepekaan inderawi. Usia 3 – 4 tahun
anak memiliki kepekaan untuk menulis. Usia 4 – 6 tahun anak memiliki kepekaan
yang bagus untuk membaca.
11 . Penerapan
Metode dalam Situasi Praktis
Montessori
mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat
bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik
adalah memberikan dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap
untuk mempelajari sesuatu. Tahun - tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang
baik untuk suatu pembentukan, yang merupakan masa paling penting baik untuk
perkembangan fisik, mental maupun spiritual. Di dalam keluarga dan pendidikan yang
demokratis, orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan yang dibutuhkan oleh anak.
bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai
dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik
adalah memberikan dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap
untuk mempelajari sesuatu. Tahun - tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang
baik untuk suatu pembentukan, yang merupakan masa paling penting baik untuk
perkembangan fisik, mental maupun spiritual. Di dalam keluarga dan pendidikan yang
demokratis, orang tua dan pendidik berusaha memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan yang dibutuhkan oleh anak.
Selain Maria
Montessori, ada beberapa tokoh yang mengajarkan tentang pentingnya
pengasuhan dan pembelajaran ketika masih kanak-kanak, salah satunya adalah Ki
Hajar Dewantara dan Langeveld. Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa suasana
pendidikan yang tepat dan baik adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan
prinsip asih (kasih), asah (memahirkan) – asuh (bimbingan).
pengasuhan dan pembelajaran ketika masih kanak-kanak, salah satunya adalah Ki
Hajar Dewantara dan Langeveld. Ki Hajar Dewantara meyakini bahwa suasana
pendidikan yang tepat dan baik adalah dalam suasana kekeluargaan dan dengan
prinsip asih (kasih), asah (memahirkan) – asuh (bimbingan).
Anak bertumbuh kembang
dengan baik kalau mendapatkan perlakuan kasih sayang,
pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang nyaman dan damai. Ia
menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk
mencerdaskan otak kiri dan meningkatkan keterampilan tangan (educate the head, the
heart and the hand). Kegiatan pembelajaran dan pendidikan didesain sedemikian
sehingga berlangsung alamiah seperti bermain di "TAMAN". Sejak kecil anak anak
hendaknya dilatih keterampilan tangannya. Anak jangan dicabut dari suasana keluarga
dan dunia bermain mereka.
pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi yang nyaman dan damai. Ia
menganjurkan agar dalam pendidikan, anak memperoleh pendidikan untuk
mencerdaskan otak kiri dan meningkatkan keterampilan tangan (educate the head, the
heart and the hand). Kegiatan pembelajaran dan pendidikan didesain sedemikian
sehingga berlangsung alamiah seperti bermain di "TAMAN". Sejak kecil anak anak
hendaknya dilatih keterampilan tangannya. Anak jangan dicabut dari suasana keluarga
dan dunia bermain mereka.
Pembelajaran
dan pelatihan kebiasaan semua dibungkus dalam permainan, dalam
suasana riang, dan seperti di dalam keluarga. Hal yang patut diberi perhatian pada
masa ini adalah pembiasaan dan pelatihan menggunakan panca indera (sensing) serta
persiapan untuk dapat membaca, menulis dan berhitung dengan latihan berbicara,
menggambar, melukis, bernyanyi, menari dan mengenal dunia lingkungan sempit
mereka. Mereka juga memiliki imajinasi yang kreatif. Oleh sebab itu, mereka
cenderung menyukai cerita-cerita imajinatif dan merangsang imajinasi mereka. Hal
ini ditujukan untuk mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, kemampuan
berbicara, mendengarkan dan mengarang.
suasana riang, dan seperti di dalam keluarga. Hal yang patut diberi perhatian pada
masa ini adalah pembiasaan dan pelatihan menggunakan panca indera (sensing) serta
persiapan untuk dapat membaca, menulis dan berhitung dengan latihan berbicara,
menggambar, melukis, bernyanyi, menari dan mengenal dunia lingkungan sempit
mereka. Mereka juga memiliki imajinasi yang kreatif. Oleh sebab itu, mereka
cenderung menyukai cerita-cerita imajinatif dan merangsang imajinasi mereka. Hal
ini ditujukan untuk mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, kemampuan
berbicara, mendengarkan dan mengarang.
1.
Selain itu Langeveld berpendapat
bahwa sejak usia tiga setengah tahun seorang anak
sudah mampu menerima pendidikan. Langeveld menengahi bahwa pada tahap Taman
Kanak-kanak (3 – 6 tahun), kemampuan-kemampuan yang hendaknya dicapai siswa
adalah:Berbahasa lisan, berbicara dan bercerita
sudah mampu menerima pendidikan. Langeveld menengahi bahwa pada tahap Taman
Kanak-kanak (3 – 6 tahun), kemampuan-kemampuan yang hendaknya dicapai siswa
adalah:Berbahasa lisan, berbicara dan bercerita
2.
Mengenal pola kehidupan sosial (aku,
keluarga, dan sekolah) yang mencakup
dirinya dan lingkungan yang dekat dengan dirinya (egosentrisme)
dirinya dan lingkungan yang dekat dengan dirinya (egosentrisme)
3.
Mengerti dan menguasai keterampilan untuk
kepentingan kebutuhan sehari-hari,
seperti misalnya mandi, menggosok gigi, berganti pakaian, makan, dan ke toilet.
seperti misalnya mandi, menggosok gigi, berganti pakaian, makan, dan ke toilet.
4.
Keinginan untuk berkhayal, dan belum
dapat membedakan secara tegas antara kenyataan
dan imajinasi belaka.
Cara yang
paling tepat dalam mendidik anak supaya anak dapat hidup mandiri yaitu
membiarkan anak mengamati pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan perawatan
rumahnya, dan biarkan mereka mengetahui bahwa segalanya harus dilakukan secara
teratur dan bersih. Hal ini dikarenakan anak suka meniru kegiatan yang dilakukan
oleh orang dewasa, dan kita harus membiarkan dia mengetahui bahwa semua itu dia
lakukan karena merupakan tanggung jawabnya, bukan karena mengharapkan hadiah
dari Anda.
membiarkan anak mengamati pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan perawatan
rumahnya, dan biarkan mereka mengetahui bahwa segalanya harus dilakukan secara
teratur dan bersih. Hal ini dikarenakan anak suka meniru kegiatan yang dilakukan
oleh orang dewasa, dan kita harus membiarkan dia mengetahui bahwa semua itu dia
lakukan karena merupakan tanggung jawabnya, bukan karena mengharapkan hadiah
dari Anda.
Beberapa
situasi praktis yang dapat dilakukan anak yang berumur 2-4
tahun di rumah misalnya membuka dan menutup laci, papan kerja atau bingkai
pakaian, menuang beras, membersihkan debu, membawa kursi, melipat serbet, menata
meja, mencuci peralatan makan, mencuci tangan, mencuci meja, menyapu lantai,
menggosok peralatan dari perak, menyemir sepatu, mengikat tali sepatu, dll
tahun di rumah misalnya membuka dan menutup laci, papan kerja atau bingkai
pakaian, menuang beras, membersihkan debu, membawa kursi, melipat serbet, menata
meja, mencuci peralatan makan, mencuci tangan, mencuci meja, menyapu lantai,
menggosok peralatan dari perak, menyemir sepatu, mengikat tali sepatu, dll
Membuka dan Menutup Laci
Usia 2 ½ tahun – 4 tahun
Yang dibutuhkan:
* Lemari berlaci milik anak sendiri
Peragaan:
* Pertama-tama letakkan dua jari dan ibu jari pada masing-masing tombol atau
pegangan.
* Bukalah dan tutup satu laci dengan hati-hati dan tanpa suara.
* Lanjutkan dengan cara seperti ini pada laci-laci yang ada, kemudian mintalah
kepada anak untuk melakukannya sendiri.
* Pertama-tama letakkan dua jari dan ibu jari pada masing-masing tombol atau
pegangan.
* Bukalah dan tutup satu laci dengan hati-hati dan tanpa suara.
* Lanjutkan dengan cara seperti ini pada laci-laci yang ada, kemudian mintalah
kepada anak untuk melakukannya sendiri.
Tujuan:
* Mengajar anak agar menghargai ketenangan dan kerapihan.
* Memberikan anak perasaan bangga ketika dia mampu membuka dan menutup laci
dengan tenang tanpa suara.
* Mengajar anak agar menghargai ketenangan dan kerapihan.
* Memberikan anak perasaan bangga ketika dia mampu membuka dan menutup laci
dengan tenang tanpa suara.
Kontrol kesalahan:
* Laci yang digunakan seharusnya tidak mengeluarkan
suara.
12 . Penerapan
Metode dalam Situasi Sensoris
Pada umur dua sampai empat tahun,
anak ingin bermain, melakukan latihan
berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan mencipta sesuatu.
Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya
sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering
mengulang-ulang perbuatan apapun yang sedang ia minati dan biasanya perhatiannya
mudah teralihkan. Di Taman Kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat
dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak
juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.[5]
berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan mencipta sesuatu.
Pada masa ini anak mengalami kemajuan pesat dalam keterampilan menolong dirinya
sendiri dan dalam keterampilan bermain. Seluruh sistem geraknya sudah lentur, sering
mengulang-ulang perbuatan apapun yang sedang ia minati dan biasanya perhatiannya
mudah teralihkan. Di Taman Kanak-kanak, anak juga mengalami kemajuan pesat
dalam penguasaan bahasa, terutama dalam kosa kata. Hal yang menarik, anak-anak
juga ingin mandiri dan tak banyak lagi mau tergantung pada orang lain.[5]
Pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak adalah yang
selalu
"dibungkus" dengan permainan yang riang dan "enteng", bernyanyi dan menari.
Pendekatan ini hendaknya jangan dilakukan dengan paksaan. Pembelajaranpun harus
disesuaikan dengan kemampuan si anak, jangan terlalu berat tapi membuatnya cukup
mandiri untuk melakukan tugasnya sendiri. Situasi praktis dirancang untuk mengajari anak pada pekerjaan yang ada dalam lingkungannya sendiri, dengan jalan mengajari
mereka tentang hal-hal yang ada di sekitarnya. Terlalu sering kita memarahi anak
ketika menutup laci dengan keras tidak membuat anak belajar sesuatu dari
lingkungannya. Tetapi ketika anak belajar menguasai lingkungan rumahnya, dia siap
untuk memulai proses-proses belajar yang lebih rumit.Selain situasi praktis, anak berumur 2-4 tahun juga perlu diterapkan latihan sensoris.Latihan-latihan sensoris berhubungan denganpengembangan dan penajaman pancaindera, dengan demikian akan mempertajam atau mengasah kemampuan intelektualdan pengendalian anak, serta mempersiapkan mereka untuk memasuki latihan-latihanyang lebih sulit dan rumit. Sebelum memperkenalkan berbagai macam pelajaran,pastikan untuk mencermati, pada usia anak berapakah latihan-latihan tersebutditunjukkan. Ini merupakan hal yang penting, karena anak berumur dua setengah
tahun tidak akan mampu untuk mengerjakan tugas untuk anak berusia lima tahun.
"dibungkus" dengan permainan yang riang dan "enteng", bernyanyi dan menari.
Pendekatan ini hendaknya jangan dilakukan dengan paksaan. Pembelajaranpun harus
disesuaikan dengan kemampuan si anak, jangan terlalu berat tapi membuatnya cukup
mandiri untuk melakukan tugasnya sendiri. Situasi praktis dirancang untuk mengajari anak pada pekerjaan yang ada dalam lingkungannya sendiri, dengan jalan mengajari
mereka tentang hal-hal yang ada di sekitarnya. Terlalu sering kita memarahi anak
ketika menutup laci dengan keras tidak membuat anak belajar sesuatu dari
lingkungannya. Tetapi ketika anak belajar menguasai lingkungan rumahnya, dia siap
untuk memulai proses-proses belajar yang lebih rumit.Selain situasi praktis, anak berumur 2-4 tahun juga perlu diterapkan latihan sensoris.Latihan-latihan sensoris berhubungan denganpengembangan dan penajaman pancaindera, dengan demikian akan mempertajam atau mengasah kemampuan intelektualdan pengendalian anak, serta mempersiapkan mereka untuk memasuki latihan-latihanyang lebih sulit dan rumit. Sebelum memperkenalkan berbagai macam pelajaran,pastikan untuk mencermati, pada usia anak berapakah latihan-latihan tersebutditunjukkan. Ini merupakan hal yang penting, karena anak berumur dua setengah
tahun tidak akan mampu untuk mengerjakan tugas untuk anak berusia lima tahun.
Dalam
situasi sensoris dikenal adanya pembelajaran tiga tahap. Pembelajaran tiga
tahap adalah untuk membantu anak memahami materi-materi pelajaran secara lebih
baik dan memungkinkan anda untuk melihat seberapa jauh anak menangkap dan
menyerap apa yang telah anda tunjukkan kepadanya.Melalui pengalaman-pengalaman sensoris, anak telah belajar menangani semua materi-materi secara lembut dan telah menyempurnakan gerakan tangan dan jari-jarinya dengan menggunakan materi-materi seperti silinder dan teka-teki tombol.Latihan-latihan ini merupakan persiapan untuk memegang pensil. Sensitivitas sentuhannya telah berkembang melalui latihan-latihan indera peraba (misalnya latihan papan kasar dan lembut, keranjang tenun, dan sebagainya), dan mata telah dilatih melalui latihan-latihan sensoris untuk mengembangkan kerja sama mata-tangan.
tahap adalah untuk membantu anak memahami materi-materi pelajaran secara lebih
baik dan memungkinkan anda untuk melihat seberapa jauh anak menangkap dan
menyerap apa yang telah anda tunjukkan kepadanya.Melalui pengalaman-pengalaman sensoris, anak telah belajar menangani semua materi-materi secara lembut dan telah menyempurnakan gerakan tangan dan jari-jarinya dengan menggunakan materi-materi seperti silinder dan teka-teki tombol.Latihan-latihan ini merupakan persiapan untuk memegang pensil. Sensitivitas sentuhannya telah berkembang melalui latihan-latihan indera peraba (misalnya latihan papan kasar dan lembut, keranjang tenun, dan sebagainya), dan mata telah dilatih melalui latihan-latihan sensoris untuk mengembangkan kerja sama mata-tangan.
Anak harus
menguasai betul cara memegang pensil, sebelum mereka mulai
membentuk huruf-huruf, dan kecakapan ini bisa anak peroleh melalui latihan bangn
geometric. Latihan ini juga memungkinkan anak untuk menyempurnakan kerja sama
dan pengendalian mata-tangannya, tanpa ini maka kecakapan menulis yang baik
mustahil dicapai. Bila anak telah berhasil melewati latihan bangun geometric dan
mampu mengendalikan pensil dengan baik, maka dia bisa memulai menulis huruf-
huruf yang sesungguhnya, dan kemudian menulis kata.
membentuk huruf-huruf, dan kecakapan ini bisa anak peroleh melalui latihan bangn
geometric. Latihan ini juga memungkinkan anak untuk menyempurnakan kerja sama
dan pengendalian mata-tangannya, tanpa ini maka kecakapan menulis yang baik
mustahil dicapai. Bila anak telah berhasil melewati latihan bangun geometric dan
mampu mengendalikan pensil dengan baik, maka dia bisa memulai menulis huruf-
huruf yang sesungguhnya, dan kemudian menulis kata.
13 . Alat Bermain Keranjang Tenun
Untuk Usia 2 ½ Tahun – 5 Tahun
Yangdibutuhkan:
* Keranjang atau kotak kecil yang berisi 2 potong kain berbentuk segi empat dengan
berbagai bahan yang berbeda (misalnya sutera, katun, kain handuk, beludru, kain
sejenis sutera).
* Keranjang atau kotak kecil yang berisi 2 potong kain berbentuk segi empat dengan
berbagai bahan yang berbeda (misalnya sutera, katun, kain handuk, beludru, kain
sejenis sutera).
Peragaan:
* Tunjukkan kepada anak tiga pasang kain yang mempunyai bahan sangat berbeda.
Kemudian campurlah kain-kain itu dan mintalah kepada anak untuk mencocokkan
kain-kain tersebut dengan cara merasakan dengan jari-jarinya.
* Bila sudah memahami petunjuk diatas, tambahkan lagi dengan kain yang lain.
* Mintalah mereka untuk mencocokkan kain-kain dengan mata tertutup.
* Tunjukkan kepada anak tiga pasang kain yang mempunyai bahan sangat berbeda.
Kemudian campurlah kain-kain itu dan mintalah kepada anak untuk mencocokkan
kain-kain tersebut dengan cara merasakan dengan jari-jarinya.
* Bila sudah memahami petunjuk diatas, tambahkan lagi dengan kain yang lain.
* Mintalah mereka untuk mencocokkan kain-kain dengan mata tertutup.
Tujuan:
* Mengembangkan dan mempertajam indera peraba
Kontrol
kesalahan:
* Jika salah mengerjakan, pasangan terakhir tidak akan
cocok.
Dalam mempresentasikan
pelajaran-pelajaran pendidikan indera-indera, seharusnya
mengikuti urutan-urutan di bawah ini:
Tahap pertama:
mengikuti urutan-urutan di bawah ini:
Tahap pertama:
Pengenalan identitas (Recognition of
identity)
Buatlah hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dan namanya. “Ini
adalah.........” Ulangi sampai anda merasa bahwa anak memahami hubungan tersebut.
Buatlah hubungan antara benda yang sedang ditunjukkan dan namanya. “Ini
adalah.........” Ulangi sampai anda merasa bahwa anak memahami hubungan tersebut.
Tahap kedua:
Pengenalan sesuatu yang berbeda-beda
(Recognition of contrasts).
Untuk menyakinkan bahwa anak memahami, misalnya dengan mengatakan ”Berikan
saya........”
Untuk menyakinkan bahwa anak memahami, misalnya dengan mengatakan ”Berikan
saya........”
Tahap
ketiga:
Membedakan
antara benda-benda yang serupa (Discrimination between
similar objects). Perhatikan apakah anak mengingat namanya sendiri. Tunjukkan bermacam-macam
benda, kemudian katakan “benda apakah ini?” Anak seharusnya bisa mengatakan
nama benda tersebut dengan benar. Jika tidak bisa, bantulah dia. Ulangi lagi proses ini
sampai dia bisa.
similar objects). Perhatikan apakah anak mengingat namanya sendiri. Tunjukkan bermacam-macam
benda, kemudian katakan “benda apakah ini?” Anak seharusnya bisa mengatakan
nama benda tersebut dengan benar. Jika tidak bisa, bantulah dia. Ulangi lagi proses ini
sampai dia bisa.
Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan latihan sensoris seperti
membangun menara, membuat keranjang tenun, mainan silinder dan kotak
penyimpanan, botol-botol termos, permainan kancing baju, dll.
14 . Gambar Dan Bunyinya Usia 3 ½ Tahun – 5 Tahun
Yang dibutuhkan:
* Kotak-kotak sandpaper (ampelas)
* Kotak indeks gambar-gambar
* Kotak-kotak sandpaper (ampelas)
* Kotak indeks gambar-gambar
Peragaan:
* Pilihlah bunyi atau bunyi-bunyi yang ingin anda gunakan (jangan menggunakan
lebih dari dua bunyi sekaligus).
* Biarkan anak merasakan huruf dengan jari-jarinya, katakan bunyinya, kemudian
pilihlah gambar dari dalam kotak indeks yang sesuai dengan bunyi yang telah ada sebelumnya.
* Setiap kali anda mengambil gambar baru, suruh anak mengenali gambar tersebut
sekali lagi, katakan bunyinya dan beritahukan nama benda yang ada dalam gambar
* Pilihlah bunyi atau bunyi-bunyi yang ingin anda gunakan (jangan menggunakan
lebih dari dua bunyi sekaligus).
* Biarkan anak merasakan huruf dengan jari-jarinya, katakan bunyinya, kemudian
pilihlah gambar dari dalam kotak indeks yang sesuai dengan bunyi yang telah ada sebelumnya.
* Setiap kali anda mengambil gambar baru, suruh anak mengenali gambar tersebut
sekali lagi, katakan bunyinya dan beritahukan nama benda yang ada dalam gambar
tersebut. Misalnya: bunyi huruf b dengan ball, boat,
boy.
* Ulangi latihan ini untuk setiap huruf.
4.4 Pengembangan Kecakapan Aritmatika
Moore
meyakini bahwa kehidupan tahun-tahun awal merupakan tahun-tahun yang
paling kreatif dan produktif bagi anak-anak. Maka jika memungkinkan, sesuai dengan
kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga
mengajarkan menulis, membaca, dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah
strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik,
mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, "enteng" tanpa membebani dan
merampas dunia kanak-kanak mereka.
paling kreatif dan produktif bagi anak-anak. Maka jika memungkinkan, sesuai dengan
kemampuan, tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka, kita dapat juga
mengajarkan menulis, membaca, dan berhitung pada usia dini. Yang penting adalah
strategi pengalaman belajar dan ketepatan mengemas pembelajaran yang menarik,
mempesona, penuh dengan permainan dan keceriaan, "enteng" tanpa membebani dan
merampas dunia kanak-kanak mereka.
Beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan pembendaharaan
kata pada anak:
1. Bicaralah dengan jelas kepada anak – hindari bicara
seperti anak kecil.
2. Ajarkan nama-nama orang, dan benda dengan benar.
3. Bacakan sesuatu kepada anak.
4. Berikan buku-buku yang baik untuk dilihat-lihat untuknya. Ingatlah bahwa gambar
gambar merangsang imajinasi dan membawanya ke pembicaraan.
5. Bicaralah kepadanya.
6. Dengarkan anak ketika dia berbicara kepada Anda.
7. Biarkan mereka mendengarkan rekaman-rekaman.
8. Doronglah anak untuk berbicara dengan anak-anak yang lain dan orang dewasa.
9. Ketika belajar berbagai macam materi, bandingkan dan bedakan (besar-kecil, besar
lebih besar-paling besar, dan sebagainya).
10. Manfaatkan pembelajaran tiga tahap
2. Ajarkan nama-nama orang, dan benda dengan benar.
3. Bacakan sesuatu kepada anak.
4. Berikan buku-buku yang baik untuk dilihat-lihat untuknya. Ingatlah bahwa gambar
gambar merangsang imajinasi dan membawanya ke pembicaraan.
5. Bicaralah kepadanya.
6. Dengarkan anak ketika dia berbicara kepada Anda.
7. Biarkan mereka mendengarkan rekaman-rekaman.
8. Doronglah anak untuk berbicara dengan anak-anak yang lain dan orang dewasa.
9. Ketika belajar berbagai macam materi, bandingkan dan bedakan (besar-kecil, besar
lebih besar-paling besar, dan sebagainya).
10. Manfaatkan pembelajaran tiga tahap
Latihan
sensoris sangat penting dalam mempelajari dasar-dasar aritmatika. Metode
Montessori mempunyai materi-materi yang sangat banyak untuk tujuan ini, sehingga
memungkinkan anak menjadi sangat akrab dengan angka-angka pada tahun-tahun
awal saat mereka sangat responsive terhadap lawan jenis pengalaman ini. Anak usia
tiga tahun mempunyai pikiran yang sangat logis dan tertarik pada rangkaian dan
tatanan dalam kehidupan sehari-harinya.
Montessori mempunyai materi-materi yang sangat banyak untuk tujuan ini, sehingga
memungkinkan anak menjadi sangat akrab dengan angka-angka pada tahun-tahun
awal saat mereka sangat responsive terhadap lawan jenis pengalaman ini. Anak usia
tiga tahun mempunyai pikiran yang sangat logis dan tertarik pada rangkaian dan
tatanan dalam kehidupan sehari-harinya.
Kecakapan ini berlanjut ke dalam rangkaian pembelajaran aritmatikanya, yang memungkinkan anak untuk belajar dengan
mudah dan bersemangat. Gagasan terhadap
kuantitas sangat jelas dan nyata dalam semua materi aritmatika Montessori. Dan konsep dentitas
maupun perbedaan dalam latihan- latihan
sensoris dibangun berdasarkan pengenalannya pada benda-benda yang identik dan gradasi benda-benda yang sejenis.
15 . Deret Angka Usia 4 ½ Tahun – 5 Tahun
Yang dibutuhkan:
* Deret angka mulai dari angka 1 samapi 100 (diambil
dari pola angka 1-10)
Peragaan:
* Beriakn angka-angka tersebut kepada anak dalam rangkaian yang tepat, secara
berurutan, dan mintalah anak untuk menderetkannya di atas lantai.
* Mintalah kepada anak-anak untuk mengucapkan masing-masing angka dengan suara
keras
* Beriakn angka-angka tersebut kepada anak dalam rangkaian yang tepat, secara
berurutan, dan mintalah anak untuk menderetkannya di atas lantai.
* Mintalah kepada anak-anak untuk mengucapkan masing-masing angka dengan suara
keras
* Bila semua angka sudah dikeluarkan, tunjukkan kepada
anak angka 0 sampai 9,
angka-angka dimana anak sudah mengenalnya dengan baik.
* Tunjukkan baris berikutnya dimana semua angka mempunyai angka 1 di depan
setiap angka; baris berikutnya akan mempunyai angka 2 di depan setiap angka, dan
begitu seterusnya.
* Bila anak sudah mengenalinya sengan baik, jelaskan kepadanya tentang angka-
angka ganjil dengan warna merah, dan angka-angka genap dengan warna biru.
angka-angka dimana anak sudah mengenalnya dengan baik.
* Tunjukkan baris berikutnya dimana semua angka mempunyai angka 1 di depan
setiap angka; baris berikutnya akan mempunyai angka 2 di depan setiap angka, dan
begitu seterusnya.
* Bila anak sudah mengenalinya sengan baik, jelaskan kepadanya tentang angka-
angka ganjil dengan warna merah, dan angka-angka genap dengan warna biru.
Tujuan:
Memungkinkan anak membangun urutan rangkaian angka-angka dan memiliki
impresi visual angka-angka ganjil dan angka-angka genap.
Memungkinkan anak membangun urutan rangkaian angka-angka dan memiliki
impresi visual angka-angka ganjil dan angka-angka genap.
16 . Pendekatan Pembinaan Watak Usia Dini
Proses pendidikan sebenarnya
merupakan proses mempengaruhi orang lain. Pendidik
dan orang tua hendaknya menjadi figur yang berpengaruh pada anak-anak. Mestinya
mereka menjadi model panutan, teladan, figur orang dewasa yang diidolakan anak-
anak. Sayang, sekarang ini kita dilanda kemiskinan idola pendidik dan orang tua.
Pendidik dan orang tua menjadi teladan kedewasaan, kematangan emosional,
efektifitas dan integritas pribadi.Sangatlah penting anak-anak mendapatkan
pendidikan watak yang tepat guna untuk hidupnya.[6]
dan orang tua hendaknya menjadi figur yang berpengaruh pada anak-anak. Mestinya
mereka menjadi model panutan, teladan, figur orang dewasa yang diidolakan anak-
anak. Sayang, sekarang ini kita dilanda kemiskinan idola pendidik dan orang tua.
Pendidik dan orang tua menjadi teladan kedewasaan, kematangan emosional,
efektifitas dan integritas pribadi.Sangatlah penting anak-anak mendapatkan
pendidikan watak yang tepat guna untuk hidupnya.[6]
Orang tua dan pendidik hendaknya
tidak bosan untuk memberikan nasihat; teladan;ruang pilihan, kesempatan untuk
mengambil keputusan; keleluasaan anak-anak untuk meneladan; mengikuti dan
menilai baik buruk sesuatu, benar salah suatu sikap dan perbuatan. Namun
pembinaan pengetahuan tidak sekedar memberikan pengetahuan tetapi merupakan
pelatihan pembiasaan terus menerus tentang sikap yang benar dan baik, sehingga
akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Pembinaan dan pembiasaan watak
perlu
dilakukan sejak usia dini sebab anak adalah "peniru ulung" dan “pembelajar
ulet’’ sekaligus. [7]
BAB III
KESIMPULAN
Pemikiran Maria Montessori telah memberikan kontribusi yang
besar terhadap revolusi pendidikan dewasa ini. Ia menganggap bahwa anaklah yang
membangun orang dewasa bukan orang dewasa yang membangun anak. Anak makhluk
yang konstruktif yang memerlukan bantuan orang dewasa agar perkembangannya
optimal. Pendidikan yang selama itu terjadi dalam pandangan Montessori, telah
membelenggu perkembangan anak. Guru dan orang dewasa yang egosnetris, otoriter,
dan berperan sebagai ahli adalah merupakan kekeliruan besar.
Hal tersebut di atas menyebabkan ia menekankan perlunya
pola pendidikan baru, yaitu sistem pendidikan sejak usia dini yang sesuai
dengan perkembangan anak dimana peran orang dewasa sangat penting dalam
membantu perkembangan mereka secara optimal. Berikut adalah pokok-pokok pikiran
(asumsi) Maria Montessori yang menegaskan perlunya pendidikan pola baru
tersebut. Antara lain, sebagai berikut;
1. Pendidikan Pola Baru adalah
Pendidikan yang Memfokuskan pada Anak dan Peran Orang dewasa
Masalah utama dalam pendidikan adalah bukan pendidikannya
itu sendiri, tapi masalah hubungan antara anak dengan orang dewasa. (Ucapan
Marian Minetssori dalam E.M. Standing, “Maria Montessori: Her Life and Work”,
hal. 250). “Anak adalah anak, bukan miniatur orang dewasa. Anak juga bukan
layaknya bagaikan sesuatu benda kosong, dimana orang dewasa harus mengisinya
dengan sesuatu.” (Course Manual, hal. 11).
Maria Montessori memandang bahwa pendidikan adalah kunci
utama untuk regenerasi kehidupan manusia. Kegagalan sistem pendidikan yang tidak
mampu membangun masyarakat pada masa itu disebabkan karena terdapat adanya
kekeliruan sistem pendidikan yang tidak memfokuskan pada masalah pendidikan
sejak anak usia dini. (Course manual, hal 11). Jika pendidikan ingin berhasil,
maka harus didasarkan pada anak (Montessori, “education for New world”, Hal.
4).
Namun, Montessori juga menegaskan bahwa pendidikan saja
tidak cukup jika orang tua dan guru (sebagai orang dewasa) memiliki asumsi yang
salah terhadap anak. Orang dewasa harus meninggalkan anggapannya bahwa anak
bagaikan benda kosong yang menunggu untuk diisi dengan pengetahuan dan
pengalaman orang dewasa. Mengapa? Karena penting untuk dipahami bahwa anak
memiliki potensinya masing-masing.
Disamping itu, Montessori menegaskan pula pentingnya orang
dewasa (guru dan orang tua) untuk menghilangkan egosentris dan keotoriterannya
terhadap anak. Orang dewasa harus berperan sebagai orang kedua yang
memperlakukan anak dengan lemah lembut untuk membantu tahapan perkembangannya
dengan baik.
2. Pendidikan Pola Baru adalah
Pendidikan yang Membebaskan Anak dari Ketergantungan terhadap Orang Dewasa
Setiap orang dewasa berasal dari seorang anak dulunya,
Jadi, anaklah yang membntuk dirinya menjadi dewasa. Anak menyerap pengalaman
apapun yang ia alami di dunia dan pengalaman tersebut berpengaruh terhadap
perkembanganya ketika dewasa kelak. Berdasrkan asumsi ini, Monetssori
menegaskan pentingya untuk membebaskan anak dari peran ketergantungannya
terhadap orang dewasa, jika anak tersebut kita inginkan agar menjadi orang yang
benar-benar mandiri kelak.
3. Pendidikan Pola Baru adalah
Pendidikan Anak yang Memberikan Peluang untuk Mengoptimalkan Kekuatan Unik pada
Dirinya untuk Mengembangkan Diri
Montessori menyatakan pentingnya orang dewasa menyadari
bahwa kapasitas belajar anak sangat berbeda dengan orang dewasa, ia memiliki
kekuatan unik untuk mengembangkan dirinya. Beberapa hasil observasi Montessori
menunjukkan sebagai berikut:
Anak menggunakan lingkungannya untuk menyempurnakan
dirinya, sementara orang dewasa memanfaatkan dirinya untuk menyempurnakan
lingkungannya. Orang dewasa adalah maklhuk yang tidak lagi berkembang, tetapi
anak adalah makhluk sedang dalam keadaan senantiasa berkembang secara konstan.
Ia berinteraksi dengan lingkungannya dan menyerap semua kesan yang dialaminya
dan berpengaruh terhadap perkembangan dirinya.
Ritme aktifitas anak dalam melakukan
sesuatu berbeda dengan orang dewasa. Sebagai contoh, anak umur 3,5 tahun yang
harus membawa 10 benda ke suatu tempat maka ia akan melakukan pengambilan dan menempatkannya
sebanyak sepuluh kali. Sedangkan, orang dewasa, karena kematangan kemampuan
strateginya, mungkin cukup sekali. Kesimpulannya, anak memiliki pola
perkembangan yang bertahap untuk dapat menguasai atau mahir dalam melakukan
sesuatu.
4. Pendidikan Pola Baru adalah
Pendidikan Anak yang Memberikan Peluang kepada Mereka untuk Berinteraksi dengan
Lingkungannya secara Bebasa dengan Penuh Kesabaran, Simpati, Kehangatan dan
Kasih Sayang
Anak memiliki potensi, Montessori menyebutnya sebagai
”ruhnya anak/spiritual embryo”, yang tidak disadari oleh dirinya. Implikasinya,
agar anak (sebagai calon orang dewasa masa depan) akan membangun dunia yang
lebih baik jika diberikan kesabaran, simpati, kehangatan dan kasih sayang untuk
berkembang. Untuk itu diperlukan dua kondisi. Pertama, anak perlu berinteraksi
dengan lingkungan untuk dapat memahami alamnya. Kedua, ia perlu kebebasan untuk
menemukan dirinya. Jika dua kondisi ini hilang, maka perkembangannya tidak
optimal.
5. Pendidikan Pola Baru adalah Pendidikan anak yang Mampu Memberikan
Kondisi dan Perlakuan (Bantuan) yang Tepat
Montessori menyatakan bahwa berbeda dengan
orang dewasa, anak memiliki intelijensi kreatif yang ada dalam tahap mental
bawah sadar mereka. Saat itu adalah saat sensitif (sensitive periode) bagi
anak. Interaksi dengan lingkungannya akan membantu perkembangan mereka. Oleh
karena itu, orang dewasa (guru/orang tua) perlu diberikan kondisi lingkungan
plus perlakuan yang tepat atau sesuai agar semua aspek perkembangan mereka
berkembang secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyanto, J. N.,Guru MI
Belajar Manajemen Kelas di SDIT
Dinamika Umat,2009
Dinamika Umat,2009
Soemanto,Wasty,Dasar dan
Teori Pendidikan Dunia Tantangan Bagi Para Pemimpin Pendidikan. Surabaya:Usaha
Nasional,1982
Mudyahardjo,Redja,pengantar
pendidikan sebuah studi awal tentang dasar – dasar pendidikan pada umumnya dan
pendidikan indonesia,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2009
http://teachingbydesign.blogspot.com/2008/05/guru-mi-belajar-manajemen-kelas-di-sdit.html
Santrock, J. W. (2003). Psychology. New york: Mc Graw-Hill.
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New york: Mc Graw-Hill.
Santrock, J. W. (2003). Psychology. New york: Mc Graw-Hill.
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New york: Mc Graw-Hill.
[1] http://aryadotkom.wordpress.com/2010/01/11/kenali-maria-montessori-1/
[3] Drs. Wasty soemanto,dasar dan teori pendidikan dunia tantangan bagi
para pemimpin pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional,hlm. 112.
[4] http://www.scribd.com/doc/28334922/Maria-Montessori
[5] Redja Mudyahardjo,pengantar pendidikan sebuah studi awal tentang dasar
– dasar pendidikan pada umumnya dan pendidikan indonesia,Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada,hlm 144
[7] Drs. H. M. Djumberansyah Indar, M.Ed. 1994. Filsafat
Pendidikan. Surabaya: Karya Abditama Hlm.140
Tidak ada komentar:
Posting Komentar