BAB
I
PENDAHULUAN
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct
yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama
dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan
aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan mendesak untuk kejelasan dan kepastian
bagi kebudayaan zaman modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan
modern), yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan.[1]
Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan
pemencahan yang ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialise memilih
jalan kembali ke alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu alliran
rekonstruksionisme berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling
mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. [2]
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berusaha
mencari kepepakatan semua orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya, maka melalui
lembaga dan proses pendidikan. Rekonstruksionisme ingin merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.[3]
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan
progresivme, gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum
progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah
masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstrusionisme di pelopori oleh
George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930 yang ingin membangun masyarakat
baru, masyrakat yang pantas dan adil. Tokoh-tokoh aliran rekonstruksionisme
yaitu Caroline pratt, George count, dan Harold rugg.
Progresifisme yang dilandasi pemikiran Dewey dikembangkan
oleh Kilpatrick dan Jhon Child, juga mendorong pendidikan agar lebih sadar
terhadap tanggung jawab sosial. Namun mereka tidak sepakat dengan Count dan
rugg bahwa sekolah harus melakukan perbaikan masyarakat yang spesifik. Kaum
progresif lebih suka menekankan tujuan umum pertumbuhan masyarakat melalui
pendidikan . Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi atau
mengarahkan perubahan (rekonstruksi) pada tatanan sosial saat ini. [4]
Usaha rekonstruksionisme sosial yang diupayakan Brammeld
didasarkan atas suatu asumsi bahwa kita telah beralih dari masyarakat agraris
pedesaan kemasyarakat urban yang berteknologi tinggi namun masih terdapat suatu
kelambatan budaya yang serius yaitu dalam kemampuan manusia menyesuaikan diri
terhadap masyarakat teknologi. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Count bahwa
apa yang diperlukan pada masyarakat yang memiliki perkembangan teknologi yang
cepat adalah rekonstruksi masyarakat dan pembentukan serta perubahan tata dunia
baru.
Rekontruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Rugg
pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan
adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan
Harold Rugg.
Caroline Patt menyatakan bahwa nilai terbesar suatu sekolah
harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir secara efektif dan
bekerja secara konstruktif , yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang
lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup didalamnya.
1. Pendidikan harus dilaksanakan disini
dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-
nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari kekuatan–kekuatan
ekonomi, dan sosial masyarakat modern. sekarang peradaban menghadapi
kemungkinan penghancuran diri.
2. Masyarakat baru harus berada dalam
kehidupan demokrasi sejati, dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat
dikontrol oleh warganya sendiri.semua yang mempengaruhi harapan dan hajat
masyarakat seperti, sandang, pangan, papan, kesehatan, industri dan sebagainya.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu
sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial. Menurut
rekonstruksionisme, hidup beradap adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok
akan memainkan peran yang penting disekolah.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas
dan urgensi dirinya dengan cara bijaksana yaitu dengan
memperhatikan prosedur yang demokratis.
5. Cara dan tujuan pendidikan harus
diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan
yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk menyesuaikan
kebutuhan dengan sains sosial.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan
kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai,struktur administrasi, dan cara
bagaimana guru dilatih.semua itu harus dibangun kembali bersesuaian dengan
teori kebutuhan tentang sifat dasar manusia secara rasional dan ilmiah.
Oleh karena itu, pada aliran rekonstruuksionisme ini,
peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disarming itu aliran
rekonstruksionisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir
kritis dan sebagainya.
Dalam aliran rekonstuksionisme ini akan membahas tentang
tujuan pendidikan, kurikulum, metode, siswa dan pendidik.
Makalah Aliran rekonstruksionisme ini bertujuan untuk
mengetahui dalam penereapan di bidang pendidikan dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN
FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME
- TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan
pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah menumbuhkan kesadaran yang terdidik
yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi
manusia dalam skala global dan memberikan keterampilan kepada mereka agar memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.[5]
Tujuan akhir
pendidikan dari aliran rekonstruksionisme adalah terciptanya masyarakat baru,
yaitu sesuatu masyarakat global yang saling ketergantungan dan menyusun kembali
penataaan ulang atau merekonstruksi masyarakat.[6]
Tujuan
pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini, dan untuk
menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial. Yang penting dari sains sosial
adalah mendorong kita untuk menemukan nilai- nilai, dimana manusia peercaya
atau tidak bahwa nilai- nilai itu bersifat universal.
Jadi tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah
membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan
politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada
mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas
sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur”
sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah
masyarakat masa kini.[7]
- METODE PENDIDIKAN
Analisis kritis
terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik
untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis
kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
Guru berusaha membantu siswa dalam
menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat masing-masing siswa, baik
dalam kegiatan pleno atau kelompok berusaha memecahkan masaalah sosial yang
dihadapi dengan kerja sama.
- KURIKULUM
Kurikulum
merupakan subjek matter yang berisikan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik
yang beraneka ragam, yang dihadapi umat manusia, termasuk masalah-masalah
sosial dan pribadi terdidik itu sendiri.[8]
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki
pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Menginggat pentingnya kurikulum
dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan secara sembarangan. Menyusun kurikulum membutuhkan landasan-landasan
yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang
mendalam. Penyusunan kurikulum tanpa landasan-landasan yang kuat akan berakibat
fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya akan
berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia. Landasan yang
digunakan itu salah satunya yaitu filsafat pendidikan rekontruksionisme.[9]
Kurikulum
berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan.
Kurikulum
banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat
manusia yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi
kolektif. Kurikulum tersebut ialah berisi tentang ilmu sosial yang berguna
sebagai lat melakukan rekonstruksi masyarakat.[10]
Struktur
organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
- PESERTA DIDIK
Siswa adalah
generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan,
dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan
untuk membangun masyarakat masa depan. Lembaga(sekolah) tersebut yang
bertanggung jawab atas pemberian pelajaran yang logis. Dalam hal ini peranan
peserta didik adalah belajar dengan baik dan sesuai dengan yang di tentukan
oleh sekolah tersebut.
Aliran rekontruksionalisme berkeyakinan bahwa tugas
penyelamattan dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya
pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina
manusia melalui pendidikan yang tepat atas norma dan nilai pula demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan
suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh dunia tertentu.untuk secara
konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan dan perkembangan
masyarakat sebagai dampak dari ilmu pengetaan.
Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang
membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana
bebas (Imam Barnadib.1987:26 ).
- PENDIDIK
Dalam rekontruksionisme tugas guru yaitu memberikan
kesadaran kepada peserta didik terhadap masalah yang dihadapi , membantu
peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik.
Guru juga harus
membuat para peserta didik menyadarkan si terdidik terhadap masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu
terdidik mengidentivikasikan dan mengenali masalah-masalah untuk di
pocahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.[11]
Sekolah
merupakan agen utama untuk perubahan sosial, politik dan ekonomi di masyarakat.
Tugas sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, dengan tujuan mengubah
secara radikal wajah masyarakat dan masyarakat yang akan datang. [12]
Guru harus
terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan.
Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk
menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan
keberhasilannya.
Jadi dalam rekontruksionisme tugas guru
yaitu memberikan kesadaran kepada peserta didik terhadap masalah yang dihadapi
, membantu peserta didik agar dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya
dengan baik.[13]
Menurut Brameld
(kneller,1971) teori pendidikan rekonstruksionisme ada 5 yaitu:
a.
Pendidikan harus di laksanakan di sini
dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi
nilai-nilai dasar budaya kita, dan selaras dengan yang mendasari
kekuatan-kekuatan ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
b.
Masyarakat baru harus berada dalam
kehidupan demokrasi sejati dimana sumber dan lembaga utama dalam masyarakat
dikontrol oleh warganya sendiri.
c.
Anak,
sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan sosial
d.
Guru
harus menyakini terhadap validitas dan urgensi dirinnya dengan cara bijaksana
dengan cara memperhatikan prosedur yang demokratis
e.
Cara
dan tujuan pendidikan harus diubah kembali seluruhnya dengan tujuan untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini,
dan untuk menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial yang mendorong kita untuk
menemukan nilali-nilai dimana manusia percaya atau tidak bahwa nilai-nilai itu
bersifat universal.
f.
Meninjau
kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan cara bagaimana guru dilatih.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam konteks pendidikan aliran rekonstruksionalisme
merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan itu lama dengan
membangun tata susunan baru yang bercorak modern.
Aliran rekontruksionalisme pada dasarnya sepaham dengan
aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua
aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang memiliki
kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Rekontruksionalisme dipelopori oleh George Count dan Rugg
pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan
adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu : Carroline Pratt, Georg Count, dan
Harold Rugg.
Rekontruksionisme mengingginkan pendidikan yang
membangkitkan kemampuan peserta didik untuk secara konstuktif menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai dampak dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik tetap berada dalam suasana
bebas (Imam Barnadib.1987:26 ).
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan
kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Sekolah-sekolah
rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tugas sekolah-sekolah
rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga
negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa
kini.
Analisis kritis
terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik
untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis
kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
Kurikulum
berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat
masa depan.
Kurikulum
banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat
manusia yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi
kolektif. Kurikulum tersebut ialah berisi tentang ilmu sosial yang berguna
sebagai lat melakukan rekonstruksi masyarakat.
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi
manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi
insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
Guru harus
membuat para peserta didik menyadarkan si terdidik terhadap masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu
terdidik mengidentivikasikan dan mengenali masalah-masalah untuk di
pocahkannya, sehingga terdidik memiliki kemampuan memecahkan masalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin
dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan.Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002
Syam,
Muhammad Noor. : Filsafat Pendidikan dan Dasar filsafat pendidikan
pancasila. Surabaya: Usaha Nasional, 1986.
Zuhairini, filsafat pendidikan islam (jakarta :
bumi aksara 2004
Redja Mudyahardjo, Pengantar
Pendidikan,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002
Sadulloh, Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan,
Bandung : Alfabeta 2003
Usuiono. 2011. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan, Medan:
Perdana Publishing
Hadiwijono,
Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat II. Yogyakarta:
Kanisius
Muzairi. 2002. Eksistensialisme Jean Paul Sartre. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kartle dan Solomon R. Robert. 2000. Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
http://wahyudisy.blogspot.com/2008/01/aliran-progresivism/
Kartle dan Solomon R. Robert. 2000. Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
http://wahyudisy.blogspot.com/2008/01/aliran-progresivism/
http://
neneng- halimah- unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html
http://megafiunibi2.blogspot.com/2008/05/aliran-aliran-pendidikan-filsafat-long.html
[1] Muhammad
Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya:Usaha Nasional,1986,hlm .222
[2] Ibid, hlm 341
[4] http://
neneng- halimah- unindra2b.blogspot.com/2008/6/filsafat pendidikan.html
[5] Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan : Dari Aliran Idealisme hingga Rekonstruksionisme, Medan: Perdana Publishing, 2011,
hlm. 153
[6] Ibid, hlm. 155
[7] Sadulloh,
Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung : Alfabeta 2003, hlm. 133
[8] Usiono. Op-Cit. hlm. 154
[10] Usiono. Op-Cit. hlm. 155
[11] Usiono. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan : Dari Aliran Idealisme hingga Rekonstruksionisme, Medan: Perdana Publishing, 2011,
hlm. 154
[12] Ibid, hlm. 154
[13] http://wahyudisy.blogspot.com/2008/01/aliran-progresivism/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar